Kamis, 14 Oktober 2010

definisi masyarakat menurut linton M.J Herskovits, J.L Gillin dan J.P Gillin, Mac Iver

M.J Herskovits mengemukakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasi dan mengikuti satu cara hidup tertentu.

J.L Gillin dan J.P Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.

Mac Iver mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah disebut masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah.


sumber: http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101006142636AAMoZ09

Intranatal Care

INTRANATAL CARE

I. Definisi
- Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar (Wikmosastro, 1991:180)
- Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi pembukaan servik serta pengeluaran janin dan plasenta dari uterus ibu

II. Mekanisme Persalinan
1. Enggagement
- Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
- Multi para terjadi pada permulaan persalinan

2. Discent (turunya kepala)
Turunnya kepala atau presentasi pada inlet disebabkan oleh :
- Tekanan cairan ketuban
- Tekanan langsung oleh fhundus uteri
- Kontraksi diafragma dan otot perut (Kalla II)
- Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus

3. Fleksi
Majunya kepala : kepala mendapat tahanan dari cervik, dinding panggul dan dasar panggul

4. Internal Rotasi (Putaran paksi dalam)
Bagian terendah memutar kedepan, ke bawah simpisis


5. Ekstensi
Defleksi kepala : mengarah ke depan dan ke atas

6. Eksternal Rotasi (Putaran paksi luar)
Setelah kepala lahir memutar kembali kea rah punggung bayi

7. Expulsi
Bahu depan dibawah simpisis, lahir bahu belakang, bahu depan, dan badan

III. Faktor-faktor yang penting dalam persalinan
- Pasenger : Besarnya anak, presentasi dan posisi
- Pasagway : Bentuk dan ukuran panggul
- Power : Kontraksi uterus (kekuatan, lama, dan frekuensi), tenaga ibu untuk mengedan
- Plasenta : Tempat insersi plasenta
- Psikologi : Perubahan psikologis yang terjadi

IV. Kalla Persalinan
1. Kalla I
- Waktu pembukaan servik sampai lengkap (± 10 cm)
- Pada primipara biasanya berlangsung 6-18 jam, dimana setiap jam pembukaan bertambah ± 1cm, pada multipara 2-10cm pembukaan ± 1cm dalam 30 menit
- Beberapa yang harus dimonitor pada kalla I adalah :
Keadaan ibu
Pembukaan servik yaitu pembesaran ostinum eksterna sampai 1-10cm. Pada pembukaan lengkap tidak teraba lagi bibir postio, segmen bawah rahim, servik dan vagina menjadi satu saluran
a. Fase pada kalla I
• Fase Laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, pembukaan dari 0-3 cm, biasanya dalam waktu 7-8jam
• Fase Aktif
Biasanya berlangsung ± 6 jam, dibagi atas beberapa periode:
- Periode Akselerasi : Pembukaan servik 3-4 cm (biasanya selama 2 jam
- Periode dilatasi maksimal : Pembukaan 4-9 cm (biasanya selama 2 jam)
- Periode deselerasi : Pembukaan 9-10 cm (biasanya 2 jam)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembukaan kalla I
- Otot-otot servik menarik rahim
- Segmen bawah servik diregang oleh isi abdomen
- Ketuban sewaktu kontraksi, menonjol ke kanalis servikalis dan bila ketuban sudah pecah dan dorongan kepala janin

c. Kontraksi Uterus
Pada awalnya tidak begitu kuat, biasanya dorong setiap 10-15 menit, yang lama-kelamaan menjadi kuat dan jaraknya yang lebih pendek

d. Pemeriksaan Leopold
• Leopold I : Menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang terdapat di fundus
• Leopold II : Menentukan dimana letak punggung anak dan dimana letak bagian terkecil
• Leopold III : Menentukan apa yang terdapat dibagian bawah dan apakah sudah masuk pada PAP
• Leopold IV : Menentukan apa yang normal bagian bawah dan sudah berapa masuknya bagian bawah ke dalam PAP

e. Turunnya Kepala Janin
- Hodge I : Kepala turun setinggi PAP
- Hodge II : Kepala turun setinggi pinggir bawah simpisis
- Hodge III : Kepala turun setinggi spina ischiadika
- Hodge IV : Kepala turun setinggi os cogsegis

f. Station
- Fiqating : Bagian presentasi diatas inlet -4,-5
- Fixed : -3, -2, -1
- Engaged ukuran terbesar bagian terendah setinggi spina ischiadika : 0
- Mid platul : Antara inlet bagian terendah panggul : +1, +2, +3
- Pada perineum : +4, +4

g. Posisi dan Presentasi
Posisi : hubungan presentasi dengan kanan atau kiri ibu
- Cephalik presentasi : Occiput
- Breceh presentasi : Sacrum
- Face presentasi : Dagn
- Transperse presentasi : Scapula
- Bach Cephalik presentasi : Ubun-ubun kecil

h. Teknik Meneran
- Menurut codayra-barela
1. Meneran secara pendek tidak lebih dari 6-7 detik
2. Meneran waktu ada dorongan setiap his meneran 3-5 kali
3. Meneran dengan membuka glottis dan sedikit menghembus

- Cara Klasik
Ibu disarankan meneran setiap ada his

- Cara Semi Fowler
1. Jika ada kontraksi kepala dan bahu diangkat 45¬¬¬0C
2. Uterus mulai berkontraksi, paha ditarik kearah abdomen, tangan merangkul paha dan bawah lutut
3. Meneran pendek 5 detik dengan membuka glottis, menarik nafas sebelum mengedan dihindari
4. Menarik pada lutut dengan menempel pada dada menguatkan dorongan diafragma dan otot perut
5. Diluar his, tungkai diluruskan untuk mengurangi tekanan pada pangkal dan relaksasi dasar panggul

2. Kalla II
a. Kalla pengeluaran hasil konsepsi
b. Penatalaksaaan kalla II
1) Observasi tanda-tanda kalla II seperti: His makin kuat, lama dan sering, perdarahan meninkat, timbul deflek meneran seperti: ingin BAB, anus meregang, kepala tampak divulva, perineum meregang dan vulva membuka
2) Monitor DJJ : normal 120-140x/menit
3) Bantu persalinan, lakukan episiotomi jika ada indikasi
4) Merapihkan bayi dan menilai APGAR scors
5) Perhatikan teknik septic dan antiseptic
6) Tingkatkan rasa nyaman, bila nyeri lakukan :
- Kompres dingin/hangat
- Teknik bernafas
- Stimulasi dengan memijat perut ibu

3. Kalla III
Fase keluarnya plasenta pada primipara : ½ jam dan pada multipara ¼ jam
• Penatalaksanaan kalla III
1. Observasi tanda-tanda lepasnya plasenta
- Timbulnya kontraksi uterus
- Fundus membundar
- Tali pusat menjulur
- Terlihat masa di introitus
- Perdarahan sekonyong-konyong
2. Menentukan lepasnya plasenta
3. Menilai cara lahirnya plasenta
- Cara Duncan : Plasenta lepas dari pinggir, perdarahan sedikit
- Cara Sechulze : Plasenta lepas dari tangan, perdarahan sekonyong-konyong
4. Menentukan kelengkapan plasenta
- Jumlah kortiledon 16-22
- Tebalnya 2-3 cm
- Beratnya 550-600 cm
- Panjang tali pusat 55 – 60 cm
- Diameter 14 – 16
- Insersi tali pusat
- Arteri 2 dan Vena 1
- Periksa pinggir plasenta ada robekan atau tidak

5. Observasi jalan lahir
6. Monitoring kontraksi uterus
7. Observasi keadaan umum ibu
8. Penuhi kebutuhan dasar ibu, minum, makan dan rasa nyaman

4. Kalla IV
Fase keluarnya plasenta dimana uterus tidak kontraksi lagi
• Penatalaksanaan
- Observasi jalan lahir, anus terjadi atau tidak
- Monitor tanda-tanda vital, keadaan umum, kontraksi uterus dan respon klien
- Penurunan rasa nyaman: Bersihan ibu, ganti baju, panjang pembalut, atur posisi yang nyaman
- Beri ibu makan dan minum
- Lakukan bonding attacchman

V. Data Fokus
• Identitas
- Biodata klien atau ibu
- Riwayat kehamilan sebelumnya yang berkaitan dengan antenatal care
- Riwayat persalinan atau kelahiran terdahulu (vakum, forceps, induksi oksitosin), BBLR, BBL besar
- Riwayat post partum : Perdarahan, hipertensi akibat kehamilan
- Riwayat penyakit yang diderita : sulit bernafas, hipertensi, kelainan jantung
- Riwayat kesehatan keluarga : Gameli, molahidatidosa
- Riwayat kehamilan sekarang : ANC, keluhan
 HPHT untuk menentukan taksiran partus :
Siklus 28 hari : tanggal (+7), bulan (-3), tahun (+1)
Siklus 35 hari : tanggal (+ 7 ), bulan (-3), tahun (+1)
 Sejak kapan ibu merasa mulas
 Apakah sudah teratur
 Kapan terakhir makan
 Kapan terakhir BAB atau BAK

• Pemeriksaan fisik
- Abdomen
a. Tinggi fundus uteri dengan pemeriksaan Leopold I, jika > 40 cm kemungkinan kehamilan kembar, poli hidramnion atau makrosamia
b. Posisi, letak, presentasi dan turunnya kepala janin dengan leopold II, III, IV
c. Pemeriksaan untuk menilai turunnya kepala janin : Station
- 5/5 : seluruh kepala janin dapat diraba dengan 5 jari
- 4/4, 3/5, 2/5, 1/5, 0

d. Kontraksi uterus
- Fase laten 1 kalla setiap 10 menit
- Fase aktif < 20 detik (lemah), 20-40 detik (sedang), > 40 detik (kuat)

e. DJJ normal: 120-140x/menit

VI. Diagnosa
1. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan krisis situasi, transmisi interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
• Kriteria
- Ekspresi tenang, secara verbal mengatakan cemas berkurang

• Intervensi
- Berikan dukungan professional sesuai kebutuhan klien
- Orientasikan klien pada lingkungan, stak dan prosedur, berikan informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis
- Kaji dan pantau kontraksi uterus
- Anjurkan klien mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut
- Dokumentasikan metode persalinan dan relaksasi, berikan kenyamanan
- Tingkatkan privacy dan penghargaan
- Berikan kesempatan klien untuk bertanya


2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang, peningkatan pengeluaran
• Kriteria
- Tanda dehidrasi tidak ada
- Tanda-tanda vital stabil
- DJJ stabil
• Intervensi
- Pantau intake dan output, perhatikan BJ urine
- Anjurkan klien mengosongkan kandung kemih setiap 2-3 jam
- Pantau produksi mucus, jumlah air mata dan turgor kulit
- Berikan cairan pengganti
- Berikan perawatan mulut
- Pertimbangkan cairan parenteral
- Pantau hemotoksit

3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi informasi
• Kriteria
- Klien berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan
- Klien mengungkapkan pemahaman

• Intervensi
- Informasi tentang prosedur dan kemajuan persalinan
- Diskusikan pilihan perawatan selama proses
- Dokumentasikan teknik pernafasan atau relaksasi dengan tepat (caldiyro garcio, semi fowler, klasik)
- Tinjau ulang aktivitas yang tepat dan tindakan pencegahan injury


sumber: http://ilmukeperawatanstikesfaletehancom.blogspot.com/2009/05/laporan-pendahuluan-intranatal-care.html?zx=ff276bbe9f66d626

anc komunitas

Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa kematian ibu diperkirakan sebanyak 500.000 kematian setiap tahun diantaranya 99 % terjadi di negara berkembang.
Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat adalah menurunkan angka kematian maternal dan perinatal. Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih tinggi. Hasil Survei Demografi Indonesia (SDKI) pada tahun 2003, Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 307/100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2004).

Kematian ibu menurut World Health Organization (WHO) adalah kematian yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung dari kehamilan atau persalinannya (Depkes, 1999). Penyebab langsung kematian tersebut dikenal dengan Trias Klasik yaitu Perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain adalah ibu hamil menderita penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria (SKRT, 2001). Penyebab tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang memadai (Manuaba, 2003).
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu pada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Mother Hood” yaitu; 1) Keluarga berencana, 2) Pelayanan antenatal care, 3) Persalinan yang aman, 4) Pelayanan obstetric essensial. Pilar yang kedua yaitu pelayanan antenatal care yang bertujuan utamanya mencegah komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, 2002).
Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor resiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal care (Winkjosastro, 2006).
Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan kehamilan dapat menyebabkan tidak dapat diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi. Deteksi saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan pengendalian resiko (Manuaba, 1999). Apalagi ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi ( Saifuddin, 2002).
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingginya angka kamatian ibu adalah sikap dan perilaku ibu itu sendiri selama hamil dan didukung oleh pengetahuan ibu terhadap kehamilannya. Beberapa faktor yang melatar belakangi resiko kematian ibu tersebut adalah kurangnya partisipasi masyarakat yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah, kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung. Jika ditarik lebih jauh beberapa perilaku tidak mendukung tersebut juga bisa membawa resiko (Elverawati, 2008). Faktor lain seperti usia ibu ketika hamil dan melahirkan, Ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dan terlalu tua (di atas 35 tahun), Frekuensi melahirkan telah empat kali melahirkan atau lebih dan jarak antar kelahiran atau persalinan kurang dari 24 bulan, termasuk kelompok yang berisiko tinggi dan menambah peluang kematian ibu semakin besar (Sumarjati, 2005).
Apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang resiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk menentukan sikap, berperilaku untuk mencegah, menghindari atau mengatasi masalah resiko kehamilan tersebut. Dan ibu memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga apabila terjadi resiko pada masa kehamilan tersebut dapat ditangani secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga dimaksudkan untuk dapat membantu menurunkan angka kematian ibu yang cukup tinggi di Indonesia dan diharapkan pada tahun 2010 angka kematian ibu bisa menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2004).


Sumber :
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
ERNI DAMAYANTI, JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA, 2009

Konsep Kebidanan Komunitas

A. Konsep Kebidanan Komunitas

Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan. Sedangkan kebidanan sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan (J.H. Syahlan, 1996).

Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi tertentu. 
Sasaran kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada dalam keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan pelayanan kebidanan yang diberikan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
Kelompok komunitas terkecil adalah keluarga individu yang dilayani adalah bagian dari keluarga atau komunitas. Oleh karena itu, bidan tidak memandang pasiennya dari sudut biologis. Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan lingkungan disekelilingnya.
Dapat ditemukan disini bahwa unsur-unsur yang tercakup didalam kebidanan komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan serta teknologi.


Asuhan kebidanan komunitas adalah merupakan bagian integral dari system pelayanan kesehatan, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu, anak dan Keluarga Berencana.


B. Manajemen Kebidanan Komunitas
Dalam memecahkan masalah pasiennya, bidan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.


Manajemen kebidananan adalah metode yang digunakan oleh bidan dalam menentukan dan mencari langkah-langkah pemecahan masalah serta melakukan tindakan untuk menyelematkan pasiennya dari gangguan kesehatan.


Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu identifikasi masalah, analisis dan perumusan masalah, rencana dan tindakan pelaksanaan serta evaluasi hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan oleh bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti, penerapan manajemen kebidanan komuniti (J.H. Syahlan, 1996).


1. Identifikasi masalah
Bidan yang berada di desa memberikan pelayanan KIA dan KB di masyarakat melalui identifikasi, ini untuk mengatasi keadaan dan masalah kesehatan di desanya terutama yang ditujukan pada kesehatan ibu dan anak.


2. Analisa dan perumusan masalah
Setelah data dikumpulkan dan dicatat maka dilakukan analisis. Hasil analisis tersebut dirumuskan sebagai syarat dapat ditetapkan masalah kesehatan ibu dan anak di komunitas.


Dari data yang dikumpulkan, dilakukan analisis yang dapat ditemukan jawaban tentang :


a. Hubungan antara penyakit atau status kesehatan dengan lingkungan keadaan sosial budaya atau perilaku, pelayanan kesehatan yang ada serta faktor-faktor keturunan yang berpengaruh terhadap kesehatan. (H.L. Blum).
b. Masalah-masalah kesehatan, termasuk penyakit ibu, anak dan balita
c. Masalah-masalah utama ibu dan anak serta penyebabnya
d. Faktor-faktor pendukung dan penghambat


Rumusan masalah dapat ditentukan berdasarkan hasil analisa yang mencakup masalah utama dan penyebabnya serta masalah potensial.
3. Diagnosa potensial
Diagnosa yang mungkin terjadi


4. Antisipasi penanganan segera
Penanganan segera masalah yang timbul


5. Rencana (intervensi)
Rencana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan dan evaluasi.


6. Tindakan (implementasi)
Kegiatan yang dilakukan bidan di komunitas mencakup rencana pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.


7. Evaluasi
Untuk mengetahui ketepatan atau kesempurnaan antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan.

sumber: http://kandrawilko.blogspot.com/2009/01/kebidanan-komunitas.html
referensi: http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/12/21/makalah/

nb: referensi wajib dilihat, karena ga bisa ditampilkan disini :)

Distosia Alat Kandungan dan Vulva. Endometriosis

Perineum
Walaupun bukan alat kelamin namun selalu terlibat dalam proses persalinan. Apabila perineum cukup lunak dan elastis maka mudah untuk lahir kepala. Biasanya perineum robek dan cukup sering terjadi ruptur perinei tingkat dua, kadang-kadang tingkat tiga.
Perineum kaku menghambat persalian kala II yang meningkatkan risiko kematian janin, menyebabkan kerusakan jalan lahir yang luas dapat diatasi dengan episiotomi. Lebar perineum 4 cm dari komisura post ke anus akan tetapi kadang ada yang sempit dan adapula yang lebar.

Vulva dan Vagina
Kelainan bawaan
Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan hematokolpos, hematometra dan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi. Kelainan vagina yang cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan adalah septum vagina terutama vertika longitudinal.
Septum yang lengkap sangat jarang menyebabkan distosia karena separoh vagina yang harus dilewati oleh janin biasanya cukup melebar sewaktu kepala lahir. Akan tetapi septum yang tidak lengkap kadang kadang menghambat turunnya kepala.
Striktur vagina yang kongenital biasanya tidak menghalngi turunnya kepala, akan tetapi yang disebabkan oleh parut akibat perlukaan dapat menyebabkan distosia.


Endometriosis 
berarti tumbuhnya jaringan endometrium (lapisan dalam rahim yang biasanya menebal dan keluar saat haid), tumbuh diluar rahim dan mengikuti pola haid seperti endometrium dalam rahim. Artinya saat haid, enometrium yang ektopik ini juga ikut mengeluarkan darah. Karena tidak memiliki akses keluar, maka darah yang muncul di jaringan ini akan menimbulkan rasa sakit serta menjadi kista jika loaksinya di indung telur.
Endometriosis bisa memiliki derajat ringan, sedang dan berat. Yang ringan dan sedang cendrung memberat jika tidak diobati. Bisa tidak bergejala bisa juga memiliki gejala2 yang khas dari penyakit ini yaitu : dismenorea (nyeri saat haid), nyeri panggul lainnya saat pipis dan BAB, darah haid yang berlebihan dan infertiliti (lihat espeogepedia: fertlitas)

Penyebabnya sampai sekarang masih belum jelas/pasti. Diduga faktor hormon dan sistem kekebalan (imunitas) berperan sebagai penyebabnya. Salah satu teorinya : darah haid yang mengandung endometrium keluar lewat saluran telur. masuk ke rongga perut dan tumbuh disana, sedangkan teori lain bilang sel endometrium terbawa lewat aliran darah ubh lalu tumbuh pada tempat lain pada tubuh.

Beberapa pemeriksaan perlu dilakukan untuk menetapkan diagnosis endometriosis. Pemeriksaan panggul dilakukan dengan palpasi dengan dua tangan (bimanual) satu tangan di dinding perut dan satunya lagi didalam rongga vagina, untuk memeriksa kista serta jaringan endometriosis yg ada di belakang rahim. Hasil ini selanjutnya dikonfirmasi dengan USG (terutama transvaginal).

Satu-satunya cara mengetahui dengan pasti adanya endometriosis adalah dengan melihat /visualisasi langsung) jaringan endometrial dengan laparoskopi. Dengan prosedur ini bisa dilihat lokasi serta ukuran lesi endometriosis dan selanjutnya akan ditentukan grade atau derajat endometriosisnya ringan, sedang atau berat.

Cancer antigen 125 (CA 125) adalah tes darah sering digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda Tumor tertentu untuk kanker, tetapi juga dapat digunakan untuk mendeteksi suatu protein yang ditemukan dalam darah perempuan dengan endometriosis. CA 125 paling sensitif ketika endometriosis dalam tahap awal.

Pengobatan untuk endometriosis biasanya dengan obat atau operasi. Pada umumnya, dokter menyarankan mencoba pendekatan konservatif sebagai pilihan pertama apalagi jika ingin hamil, pilihan untuk operasi merupakan pilihan terakhir.

Obat -obatan yang dibserikan berupa obat anti nyeri seperti ibuprofen (Advil, Motrin IB, dan lainnya), untuk membantu mengatasi nyeri haid. Tetapi jika dengan dosis optimal nyeri masih belum teratasi maka harus dilakukan dengan cara lain.

Tambahan terapi hormon efektif dalam mengurangi atau menghilangkan rasa sakit endometriosis. Hormonal terapi digunakan untuk mengobati endometriosis termasuk: kontrasepsi hormonal. Penggunakan kontrasepsi hormonal dapat mengurangi atau menghilangkan rasa sakit yang ringan hingga sedang dari endometriosis.

Gonadotropin-Releasing Hormone (Gn-RH) agonists dan antagonists dipakai untuk memblokir hormon ovarium yang merangsang endometriosis. Pemberian obat ini akan menghentikan menstruasi sehingga akan mengecilkan lesi endometriosisnya. Efek samping berupa hot flashes dan vagina kering dpt diatasi dengan pemberian estrogen dosis rendah.

Danazol adalah obat lainny yang bisa dipakai, tetapi bukan pilihan utama karena dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti jerawat dan pertumbuhan rambut. Obat lainnya seperti injeksi Medroxyprogesterone (Depo-Provera) juga dapat dipakai untuk mengurangi gejala endometriosis Efek samping dapat berupa penambhan berat badan, tulang keropos dan depresi.

Jika ibu memiliki endometriosis dan mencoba untuk menjadi hamil, operasi untuk menghilangkan lesi mungkin akan meningkatkan peluang tersebut. Pembedahan ini berujuan membuang lesi endometriosis, jaringan parut dan perlengketan tanpa harus mengangkat organ reproduksi. Bisa dilakukan dengan laparoskpi ataupun dengan pembedahan biasa jika lesinya sangat luas banyak. Jika ternyata hasil operasi konservatif tidak efektif maka sebaiknya dilakukan
 assisted reproduksi.

Pada beberapa kasus endometriosis tertentu terutama bagi yang sudh tidak menginginkan anak dapt dilakukan operasi pengangkatan rahim serta kedua indung telurnya sekaligus. Dan tentunya ini merupakan tindakan terakhir.

masa peurperium

 Definisi Puerperium
Puerperium adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu
ΓΌ  Aspek Klinis & Fisiologis Masa Nifas :
Perubahan pada Uterus
¯  Involusi Rahim :
Setelah placenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.
§      Fundus Uteri         : ± 3 jari di bawah pusat
§      Berat                     : 1000 Gram (Post partum)
                                      500 Gram (± 1 minggu Post partum)
                                      50 Gram (akhir masa nifas)
¯  Involusi karena :
§      Sel menjadi lebih kecil (cytoplasma) yang berlebihan dibuang
§      Autolysis
Dimana zat protein dinding rahim dipecah, diabsorpsi dan kemudian dibuang dengan air kencing ditunjukan dengan ditemukannya kadar nitrogen dalam air kencing yang sangat tinggi.
¯  Involusi tempat implantasi placenta :
§      Post partum merupakan luka ± sebesar telapak tangan
Setelah persalinan, tempat placenta merupakan tempay dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
§      Proses penyembuhan tanpa parut,
Pada permulaan nifas bekas placenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka yang demikan sembuh dengan cara yang luar biasa ialah dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan  baru endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
¯  Pembuluh darah rahim
         Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri mengecil lagi pada masa nifas.
¯  Perubahan pada serviks dan vagina
§      Ostium Externum lebih besar
Beberapa hari stelah persalinan, Ostium Externum dapat dilaluioleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervicalis
§      Rugae vagina terbentuk lagi ± minggu ke 3 PP
¯  Dinding Perut
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang sangat lama, tetapi biasanya pulih kembalidalam ± 6 minggu.
¯  Traktus Urinarius
§      Oedema Trigonum → Retentio urine
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadang-kadang oedemadari trigonum, menimbulkan obstruksi dari utethra sehingga terjadi retentiop urinae
§      Vesica Urinaria :
·    Kurang sensitif
·    Kapasitas bertambah
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitiv dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual. Sisa urin dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
¯  Laktasi
      Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan kolostrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat oerola mammae.
§      Kolostrum adalah cairan berwarna kuning tua  seperti jeruk nipis yang    disekresi  payudara pada awal masa nifas
§      Kolostrum lebih banyak mengandung protein dan mineral tapi lebih   sedikit mengandung gula dan lemak daripada ASI
§      Cairan kolostrum terdiri dari albumin, yang membeku kalau dipanaskan.
§      Kolostrum mengandung euglobulin yang mengandung antibodi sehaingga menambah kekebalan tubuh bayi.
¯  Sebab-sebab  laktasi :
§      Estrogen dan progesteron dari plasenta merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar susu, sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar. Kedua hormon ini menghambat  LTH (Prolactin). Setelah plasenta lahir, maka LTH dengan bebas merangsang laktasi.
§      Lobus posterior hypohyse mengeluarkan oxytocin yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah refleks yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan putting susu oleh bayi. Rangsangan ini menuju ke hypohyse  dan menghasilkan oxytocin yang menyebabkkan buah dada mengeluarkan air susunya.
¯  Hari ke 3 post partum :
Mammae besar, keras,nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu.
§      Kondisi – kondisi  ibu dilarang menyusui anaknya:
·         Mastitis purulenta
·         Penyakit menular
·         Keadaan umum ibu kurang baik
·         Bayi prematur/ sakit keras
¯  His pengiring (royan)
§      Kontraksi & relaksasi rahim
§      Umum multipara
¯  Lochia
§      Cairan yang keluar dari vagina pada awal masa nifas
§      Merupakan sekret luka, yang berasal dari luka dalam rahim terutama luka placenta.
§      Lochia      1). Rubra (berupa darah)         : 3-4 hari      2). Serosa (darah encer)          : Sampai hari ke 10      3) Alba (cairan putih)              : Setelah hari ke10  ± sampai 2-4 mg
¯  Perawatan dalam nifas
§      kala IV : 1 jam pertama post partum. Pemeriksaan placenta supaya tidak ada bagian-bagian placenta yang tertinggal
·    Pengawasan tingginya fundus uteri
·    Pengawasan perdarahan dari vagina
·    Pengawasan konsistensi rahim
·    Pengawasan keadaan umum ibu
§      Early Ambulation
Early Ambulation adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan.
§      Diet
Diet harus sangat mendapat perhatian dalam masa nifas karena makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu, Selain itu makanan ibu sangat mempengaruhi susunan air susu.
§      Suhu
Harus diawasi terutama dalam minggu pertama dari masa nifas karena kenaikan suhu adalah tanda pertama infeksi.
§      Mictie
Pasien dianjurkan untuk buang air kencing 6 jam postpartum.
§      Defecatio
Jika pasien hari ketiga belum juga buang air besar, mak diberi clysma air sabun atau glycerine.
§      Puting susu
Puting susu harus diperhatikan kebersihannya dan rhagde (luka pecah) harus segera diobati karena kerusakan putting susu dapat menyebabkan mastitis
§      Haid
Bagi ibu yang tidak menyusui anaknya, maka haid akan datang lebih cepat dari pada ibu yan menyusukan anaknya. Ibu yang tidak menyusukan anaknya biasanya haid datang 8 minggu postpartum, sedangakan ibu yang menyusui anaknya biasanya haid datang pada bulan ke-4 postpartum.
§       Keluarga Berencana
Masa postpartum merupakan saat yang paling baik untuk menawarkan kontrasepsi karena pada masa ini pasangan suami istri mempunyai motivasi tinggi untuk menunda kehamilan. Pil dapat mempengaruhi sekresi air susu, biasanya ditawarkan IUD, injeksi atau sterilisasi.

nb: tambahan link yang berkaitan dengan masa peurperium, wajib dibuka buat referensi